Tiga hari yang lalu secara tidak sengaja saya menemukan info di twitter bahwa tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Anti Tembakau di seluruh dunia. Sebelumnya saya tidak terlalu aware dengan adanya hari peringatan anti tembakau ini. Tapi, setelah dibaca agak lama, saya termenung. Saya putuskan untuk menulisnya dan ambil TINDAKAN NYATA.
Penasaran dengan positifnya tembakau
Mendengar kata tembakau pasti dikaitkan dengan rokok. Nicotiana Tabacum atau tembakau adalah bahan baku utama rokok, yang dikenal banyak orang memiliki banyak efek negatifnya. Saya penasaran, kalaupun memang banyak sisi negatifnya kenapa pula tembakau harus terus diproduksi? Didapat dari sumber informasi online, disamping bahaya merokok, manfaat dari tembakau yaitu sebagai penghasil protein anti kanker, melepaskan gigitan lintah dan membunuh serangga, obat diabetes & antibodi, anti radang, obat HIV/AIDS, pemelihara kesehatan ternak, penghilang embun, obat luka dan sebagai Biofuel. Selengkapnya disini.
Siapa yang tidak tahu bahayanya merokok?
Selain sisi positif tembakau, bad news-nya rokok mempunyai ancaman yang lebih besar untuk kesehatan manusia. Sekedar membantu mengingatkan kembali sisi negatif rokok, let's check it out...
kalau sudah tahu bahan-bahannya seperti kira-kira masih mau ngerokok juga?
Angka kematian akibat rokok di Indonesia
setiap tahun yang mencapai 405.720 orang. Artinya setiap jam sekitar 46
orang meninggal akibat rokok. Di Indonesia, presentasi jumlah perokok sangat bervariasi antara pria dan
wanita. Pada 2012, sebanyak 57% pria Indonesia digolongkan sebagai
perokok aktif dan tercatat sebagai kedua tertinggi di dunia, sementara wanita
Indonesia sebanyak 3,6%.
Dilematisasi keberadaan rokok di negara kita
Menteri Pertanian RI Dr. Ir. H. Suswono di satu sisi industri rokok menyumbang cukai rokok hingga 80 triliun pada 2012 tetapi dampak kesehatan akibat rokok menghabiskan anggaran hingga 90an triliun. Selain itu Industri tembakau menyerap tenaga kerja cukup signifikan yaitu 4,15 juta pekerja; 93,77% di sektor pertanian dan 6,23% di sektor pengolahan rokok. Bayangkan berapa banyak orang yang harus kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya apabila industri rokok harus ditutup.
What I'm doing then...
Sedikit sharing, ayah saya dulu adalah perokok aktif. Tapi setelah mengalami komplikasi kesehatan hingga harus dirawat di rumah sakit, ayah saya memutuskan stop merokok. Kapok maksimal. Sampai sekarang alhamdulillah ayah saya tidak merokok lagi dan memilih gaya hidup sehat. Beliau rajin berolahraga sepeda, kadang ikut rally juga. Kalau masih merokok dengan usia yang setengah abad lebih sepertinya sulit berolahraga tanpa ambil nafas berat gara-gara rokok. Hosh hosh hosh...
Setelah baca artikel dampak bahaya rokok (link-nya disini), menurut saya pribadi cara yang paling konkrit agar hari anti tembakau (baca: anti merokok) tidak menjadi semboyan saja, maka tindakan nyata harus dimulai dari lingkungan kita yang paling dekat. Bisa dari dalam diri sendiri, keluarga, sanak famili, baru orang lain. Merokok bukan budaya bangsa kita. Konon, rokok diperkenalkan orang Indian kepada orang barat. Malah di Amerika sana cukai rokok sangat mahal, kalau dirupiahkan bisa mencapai Rp. 100.000/bungkus. Agar para generasi muda, pelajar, saudara-saudara kita tidak mampu membeli rokok, saya setuju kalau cukai rokok dinaikan saja. Kalau tidak ada demand pasti produsen akan mencari jalan alternatif yang lebih menguntungkan selain rokok, misalnya beralih ke tanaman holtikultura.
Ada yang sudah move on dari rokok? Congratulation! Tinggal ditularkan sama orang lain. Good luck ^_^
Sedikit sharing, ayah saya dulu adalah perokok aktif. Tapi setelah mengalami komplikasi kesehatan hingga harus dirawat di rumah sakit, ayah saya memutuskan stop merokok. Kapok maksimal. Sampai sekarang alhamdulillah ayah saya tidak merokok lagi dan memilih gaya hidup sehat. Beliau rajin berolahraga sepeda, kadang ikut rally juga. Kalau masih merokok dengan usia yang setengah abad lebih sepertinya sulit berolahraga tanpa ambil nafas berat gara-gara rokok. Hosh hosh hosh...
Setelah baca artikel dampak bahaya rokok (link-nya disini), menurut saya pribadi cara yang paling konkrit agar hari anti tembakau (baca: anti merokok) tidak menjadi semboyan saja, maka tindakan nyata harus dimulai dari lingkungan kita yang paling dekat. Bisa dari dalam diri sendiri, keluarga, sanak famili, baru orang lain. Merokok bukan budaya bangsa kita. Konon, rokok diperkenalkan orang Indian kepada orang barat. Malah di Amerika sana cukai rokok sangat mahal, kalau dirupiahkan bisa mencapai Rp. 100.000/bungkus. Agar para generasi muda, pelajar, saudara-saudara kita tidak mampu membeli rokok, saya setuju kalau cukai rokok dinaikan saja. Kalau tidak ada demand pasti produsen akan mencari jalan alternatif yang lebih menguntungkan selain rokok, misalnya beralih ke tanaman holtikultura.
Ada yang sudah move on dari rokok? Congratulation! Tinggal ditularkan sama orang lain. Good luck ^_^